Kamis, 19 November 2009

rasa ini

rasa ini tumbuh dengan sederhana
bersama tulus yang dialirkan udara pada nafas
yang setia meski berubah...

rasa ini tumbuh dengan sederhana
bersama diam yang diteguhkan tanah pada langkah
yang tak lelah meski terlupa...


nb: bukan niat beta mencuri.. tapi gara2 jatuh cinta sampai mati pada puisi 'Aku Ingin'nya Sapardi..

Selasa, 03 November 2009

Bahasa dan Kelompok Etnik

Etnik mengacu pada kelompok yang keanggotaanya berdasarkan asal-usul keturunan. Kelompok demikian ditandai dengan ciri-ciri fisik yang relatif tetap, seperti warna kulit, rambut, hidung, dan sebagainya. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku (a/l suku Batak) dan dibawah suku seringkali terdapat sub suku (misalnya pada suku Batak terdapat Batak Karo, Dairi, Pak-Pak).
Bahasa sering dipakai sebagai ciri etnik. Bahasa dikatakan sebagai alat identitas etnik: bahasa daerah adalah alat identitas suku. Dalam bahasa Indonesia terdapat pepatah “bahasa menunjukkan bangsa”, jika pepatah ini dimaknai secara harafiah berarti bahasa yang digunakan oleh seseorang menunjukkan dari kelompok (etnis/suku/daerah) apa orang tersebut berasal. Namun, ternyata pendapat ini belum tentu benar: tidak selalu bahasa menunjukkan bangsa, apalagi jika ukuran bangsa ditentukan oleh politik yang menyebabkan pengertian bangsa menjadi kabur.
Lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam kebahasaan seseorang, misalnya seorang keturunan Bali akan dapat dengan lancar berbahasa Jawa jika lingkungan tempatnya tinggal (dalam kurun waktu tertentu) menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Cara orang berbicara bukan disebabkan oleh ras/sukunya karena seorang penutur akan terbawa dan mengikuti ciri linguistik orang-orang yang hidup rapat dengannya. Jadi perbedaan pola tutur bukan disebabkan oleh struktur fisik melainkan oleh lingkungan bahasa. Pola tutur yang diambil ialah pola dominan yang terdapat dalam lingkungan itu. Fakta lain adalah tidak ada jaminan kelompok-kelompok manusia yang tergolong dalam satu ras menggunakan bahasa serumpun.
Meski tidak selalu ada hubungan antara bahasa dengan ras, tetapi dalam banyak hal bahasa merupakan faktor penting (ciri linguis merupakan kriteria pembatas yang paling penting untuk dari keanggotaan etnik). Hubungan antara bahasa dan etnik merupakan hubungan sederhana yang bersifat kebiasaan, yang dipertegas oleh rintangan social antarkelompok, dengan bahasa sebagai ciri pengenal utama. Pada umumnya orang akan menyatakan diri sebagai anggota sesuatu etnik atau suku tertentu dengan ciri penting bahasa ibunya. Etnik memperhatikan keterpisahan dan identitas mereka melalui bahasa, meskipun terdapat ciri-ciri lain (misalnya fisik, agama, sejarah, adat istiadat, dll).
Ragam bahasa sebenarnya hanya berupa suatu kecenderungan dan seluruhnya terdiri dari perbedaan kosakata: kata-kata tertentu cenderung lebih banyak digunakan oleh kelompok tertentu. Contohnya dalam berbahasa Indonesia kadang penutur masih dipengaruhi oleh bahasa daerahnya sehingga menggambarkan ragam tertentu. Ciri tersebut dapat dilihat dari penggunaan/pelafalan fonem tertentu. Ciri linguis yang menandai etnik cenderung digunakan oleh orang-orang yang tinggal di suatu daerah, dan hal itu kemudian menjadi dasar perbedaan dialek geografis. Jadi terdapat korelasi antara perbedaan etnik dengan ciri fonologi.
Masyarakat aneka bahasa atau masyarakat multilingual adalah masyarakat yang mempunyai beberapa bahasa. Hal ini disebabkan beberapa etnik membentuk masyarakat sehingga terciptalah sebuah masyarakat majemuk (prulal society). Keanekabahasaan biasanya membawa masalah bagi individu-individu dan kelompok individu (terutama yang termasuk minoritas bahasa), pemerintah, dan dunia pendidikan. Masalah bagi individu ialah mereka harus menguasai minimal dua bahasa sebelum mereka dapat berfungsi secara penuh dalam masyarakat tempat mereka tinggal. Keberhasilan penguasaan bahasa tersebut salah satunya bergantung pada motivasi yang mereka miliki. Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrumental (bahasa sebagai alat untuk mencapai sesuatu) dan motivasi integrasi (bahasa dapat menentukan hidup di masa datang). Masalah dalam bidang pemerintahan adalah terlibatnya bahasa sebagai alat politik, baik untuk mematikan etnik tertentu atau untuk mencapai kemerdekaan sebuah etnik.

Tidak dapat dipungkiri keberagaman etnik menimbulkan masalah kebahasaan. Bangsa Indonesia sedikit banyak telah mengatasi permasalahan tersebut dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, karena pada kenyataannya Indonesia adalah salah satu negara terkaya dari segi keberagaman bahasa. Dengan adanya bahasa persatuan pula, Indonesia terhindar dari permasalahan-permasalahan politis yang berdasarkan bahasa. Untuk itu, sangat disayangkan apabila sekarang penggunaan bahasa indonesia di kalangan generasi muda melemah.