Istilah “bahasa perempuan” (women’s language) diasumsikan memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan bahasa laki-laki. Fenomena bahasa dan jenis kelamin dapat diperjelas dengan tiga metode yaitu penjelasan sosiobiologis, sosiopsikologis, dan sosiopolitis. Penjelasan sosiobiologis pada manusia berdasarkan suara antara laki-laki dan perempuan. Karakteristik paling khas laki-laki berasal dari “hukum pertarungan”. Vokalisasi suara laki-laki dirancang agar terkesan agresif dan mengancam dalam medan persaingan.
Penjelasan sosiopsikologis memasukkan konsep jender yang merupakan atribut psikologis yang membentuk sebuah kontinum dari sangat maskulin hingga sangat feminine. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa seseorang bias bersifat “agresif” (dinilai sifat maskulin) sekaligus “penuh kasih sayang” (dianggap lebih diinginkan secara social pada perempuan). Berdasarkan penjelasan sosiopolitis para feminis sering menyatakan bahwa wujud sifat alami yang melingkupi sedemikian banyak aspek gender memiliki implikasi-implikasi politis yang penting. Adanya stereotype suara perempuan dianggap feminine dan laki-laki dianggap maskulin akan sangat merugikan perempuan.
Beberapa teori tentang bahasa dan jender antara lain teori dominasi yang menawarkan penjelasan tentang perbedaan bahasa perempuan dan laki-laki berkenaan dengan kekuasaan. Banyak kasus yang mendukung teori ini, misalnya pengalaman dalam dunia bisnis. Perempuan sering mengalami kesulitan dalam menuntut hak suaranya dan sering diinterupsi dalam percakapan serta pendapat yang dikemukakan hanya dianggap angin lalu. Kelemahan dalam teori ini adalah anggapan bahwa perempuan adalah “korban” ketidakberdayaan sedangkan laki-laki dipandang bersifat “merusak”, “mengeluarkan”, dan “merendahkan” perempuan. Pada kenyataannya kedua kelemahan tersebut memang tidak terbukti di masyarakat.
Kedua teori perbedaan, teori ini memilki beberapa jawaban atas kelemahan teori dominasi. Menurut teori ini dalam kenyataannya perempuan dan laki-laki mengembangkan gaya-gaya berbicara atau bertutur yang berbeda, mereka terpisah dalam tahap penting kehidupan mereka. Teoti ini menjelaskan bahwa perempuan menginginkan hubungan-hubungan kolaborasi, keintiman, kesamaan, pemahaman, dukungan, dan pendekatan. Sebaliknya, lak-laki menuntut dugaan orang menempatkan sebuah harga dari status dan kemerdekaan sebagai sesuatu yang penting, dan kurang berkenan dengan perselisihan dan ketdaksamaan yang terus terang dalam hubungan mereka.
Pada dasarnya memang perempuan berbeda dengan laki-laki, stuktur hormonal juga mungkin memiliki pengaruh terhadap gaya seseorang termasuk gaya berbicara dan gaya bahasa yang digunakan. Yang belum sempat tersentuh dalam sumber ini adalah perbedaan bahasa kepenulisan antara laki-laki dan perempuan. Menurut saya terdapat perbedaan yang sangat kentara dalam penggunaan bahasa antara pengarang perempuan dan laki-laki dan sedikit bertolak belakang dengan teori yang ada terutama teori dominasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar